KONFLIK SOSIAL
KEGIATAN BELAJAR 1 : STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT
1. Pengertian Struktur Sosial
Dalam sosiologi berbicara mengenai struktur social maka sesungguhnya
kita berbicara mengenai sesuatu yang saling bergantung dan membentuk suatu pola
tertentu yang terdiri atas pola perilaku individu , institusi maupun masyarakat
secara luas
a) George C. Hombas
Menyatakan struktur
social dengan perilaku social elementer dalam kehidupan sehari-hari
Gerhard Lenshi
berbicara mengenai struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecendrungan panjang
yang menandai sejarah
b) Talcorr Parcons
, menyatakan bahwa struktur social adalah keterkaitan antar manusia
Korablum ,
menekankan konsep struktur social pada pol perilaku individu dan kelompok,
yaitu pola prilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan
antar kelompok dalam masyarakat
Dari beberapa pendapat di atas , dapat disampaikan bahwa struktur
social adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam
hubungan-hubungan yang dapat diperbaiki melalui pola perilaku
berulang-ulang antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat sebagai
berikut struktur social melalui 4 elemen dasar yaitu :
a. Status
social
Status
social merupakan kedudukan atau posisi social seseorang dalam kelompok
masyarakat, meliputi keseluruhan posisi social yang terdapat dalam suatu
kelompok besar masyarakat , dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi
status social terdiri dari :
a)
Ascribed
Status , status yang diberikan kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang
bakat dan karakteristik umur orang tersebut. Di dapat
secara Otomatis melalui kelahiran seperti ras, gender dan usia
b)
Achieved
status , status yang di dapat melalui usaha-usaha sendiri seperti bersekolah ,
mempelajari keterampilan, berteman , menciptakan sesuatu
c)
Assigned
Status , status yang di berikan karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk
masyarakat.
b. Peran social
Peran
social merupakan komponen penting dalam struktur social. Peran memberikan
sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan cara memampukan tindakan-tindakan
mereka sendiri.
c.
Kelompok
Kelompok
merupakan sejumlah orang-orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan
harapan yang sama , serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi.
Kelompok memainkan peran yang sangat penting dalama struktur social masyarakat
karena sebagian besar interaksi social kita berlangsung dalam kelompok dan
dipengaruhi norma-norma dan sanksi yang ada dalam kelompok.
d. Institusi
Institusi
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tertentu melalui institusi social, terlihat
struktur dalam masyarakat institusi social seperti keluarga , agama , penyuluh
merupakan aspek fundamental dari struktur social.
2.
Fungsi
struktur social
a.
Struktur
social sebagi pengawas social , yakni sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan
pelanggaran terhadap norma , nilai dan peraturan kelompok atau masyarakat
b.
Struktur
social sebagai dasar untuk menanamkan suatu displin social kelompok atau
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh struktur social memang berasal dari
kelompok atau masyarakat itu sendiri.
c.
Struktur
social sebuah proses pembiasaan
3.
Bentuk
struktur social
a. Intersected
social struktur
Dikatakan intersected apabila keanggotaan dalam kelompok-kelompok
social yang da bersifat menyilang. Artinya keanggotaan dalam kelompok social
tersebut memiliki latar belakang ras, suku bangsa , ataupun agama yang
berbeda-beda.
b. Consolidated
social struktur
Dikatakan consolidated jika terjadi tumpang tindih parameter dan
mengakibatkan penguatan identitas keanggotaan dalam sebuah kelompok social.
KONFLIK SOSIAL
1. Pengertian Konflik Sosial
Pengertian konflik yang paling sederhana adalah “saling memukul”.
Tetapi definisi yang sedrhana itu tentu belum memadai , karena konflik tidak
saja tamapk sebagai pertentangan fisik semata. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses social antara dua rang atau
lebih yang erusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya.
2. Factor-faktor
atau akar-akar penyebab suatu konflik social
Jenis konflik cukup banyak, mulai dari perang terbuka , revoluis ,
pemogokan buruh , kerusuhan rasial , sampai dengan perkelahian antarinidvidu. Para
sosiolog samapi sekarang masih menacari penyebab-penyebab konflik secar umum,
pola-pola eskalasinya, cara penyelasaiannya dan berbagai konsekuensi yang
ditimbulkan.
Factor-faktor yang dapat emmicu terjadinya konflik antara lain :
a. Perbedaan
individu
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata
ini dapat menjadi factor penyebab konflik social, sebab dalam menjalani
hubungan social , seseorang tidak selalu berjalan dengan kelomoknya.
b. Perbedaan
latar belakang kebudayaan
Tentu kamu masih ingat bahwa dalam menjalani hubungan
sosialnya , seseoang akan dipengaruhi oleh pola-pola pemikiran kelompoknya.
Orang dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang diasuh
dengan pola latihan kemandirian yang akn mendorong seseorang menjadi
berani dalam mengambil tindakan, bertanggung jawab , kritis tetapi agak individualis.
Ada pula yang diasuh dalam lingkungan kebudayaan yang menerapkan pola
ketergantungan. Dalam hal ini , seseorang akan cenderung bersifat kurang
mandiri , menghargai orang lain , bersahabat dan tidak inidividualis.
c. Perbedaan
kepentingan
Manusia memiliki perasaan , pendirian , maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dlam waktu yang bersamaan ,
masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berda-beda.
Kadang-kadang orang dpaat melakukan hal yang sama , tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat
Sebagaimana telah diketahui bahwa perubahan nilai terjadi disetiap
masyarakat. Artinya nilai-nilai social , baik nilai kebenaran , kesopanan ,
maupun nilai material dari suatu benda mengalami perubahan. Perubahan adalah
sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berkangsung
cepat atau bahkan mendadak, akan menyebabkan konflik social , misalnya pada
masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan
memunculkan konflik social sebab nilai-nilai lama pada masyrakat tradisional
yang biasanya bercorak pertanian cesara cepat berubah menjadi nilai-nilai
masyaraklat industry.
Menurut De Moor, dalam suatu system social hanya dapat dikatakan
terdapat konflik jika para penghuni system tersebut membiarkan dirinya
dibimbing oleh tujuan-tujuan yang bertentangan dan terjadi secara
besar-besaran. Mengenai pembagian konflik social dalam masyarakat , Dahrendorf
membedakan konflik menjadi empat macam , yaitu sebagi berikut:
a)
Konflik
antara atau dalam peran social , misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga
atau profesi
b)
Konflik
antara kelompok-kelompok social
c)
Konflik
antara kelompok-kelompok yang terorganisisr dan tidak terorganisir
d)
Konflik
antara satuan nasional , misalnya antara partai politik , antara negar-negara
atau antara organisasi-organisasi internasional
Situasi-situasi oemicu konflik. Konflik yang terjadi di antara
individu dalam menjalankan interaksinya banyak dibahs dalam studi psikolog
social. Saalh satunya dikemukakan oleh Ursula Lehr. Menurut ilmuwan ini ,
kemungkinan-kemungkinan situasi yang dapat menimbulkan konflik adalah sebagai
berikut :
Konflik dengan orang tua sendiri
Konflik ini terjadi sebagai akibat situasi-situasi hidup
bersama dengan orang tua. Pengharapan-pengahrapan orang tua dan
kewajiban-kewajiban seorang anak kepada kedua orang tuanya sulit sekali
dijalankan bersamaan secara serasi.
Konflik dengan anak-anak sendiri
Konflik ini terjadi misalnya setelah orang tua mengetahui tingkah laku
anak yang tidak cocok dengan harapannya. Akibatnya , orang tua memberikan
tanggapan yang berlebihan , misalnya menghukum , mengurangi hak-hak mereka dan
lain – lain.
Konflik dengan sanak keluarga
Pada masa kanak-kanak dan remaja dapt timbul konflik terutama dengan
kakek ,nenek , paman dan bibi yang ikut dalam proses pendidikan anak . pada
masa masa berikutnya , dapat timbul konflik dengan mertua atau keluarga suami
atau istri yang dipandang terlalu ikut campur atau dengan saudara-saudara
sendiri misalnya akibat pembagian warisan yang dianggap tidak adil.
Konflik dengan orang lain
Konflik jenis ini timbul dengan hubungan social dengan
tetangga-tetangga, teman sekerja dan orang-orang lain. Konflik social dapat
timbul karena perbedaan pendirian atau pendapat mengenai suatu hal,
Konflik dengan suami atau istri
Kesukaran-kesukaran dalam perkawinan, pertentangan-pertentangan kecil
mengenai persoalan hidup sherai-hari atau perselisihan yang dalam mengenai
persoalan hidup dapat memicu terjadinya konflik antara suami dan istri
Konflik di sekolah
Berbagai macam konflik di sekolah antara lain berupa tidak dapat
mengikuti pelajaran , tidak lulus ujian , persoalan hubungan antarguru dengan
murid , atau persoalan kedudukan di antara teman-teman sebaya dalam kelas
Konflik dalam pemilihan pekerjaan
Konflik yang timbul dari sifat pekerjaan sendiri , misalnya
membosankan atau terlalu berta , atau konflik yang berhubungan dengan waktu
kerja , aspirasi kerja masalah keuangan , dan masalah hubungan dengan teman-teman
sekerja
Konflik agama
Berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat dan tujuan
hidup , aturan-aturan yang bertentangan dengan agama , pindah dari suatu agama
yang lain, menikah dengan orang yang berbeda agama dan lain lain
Konflik pribadi
Misalnya timbul karena minat yang berlawanan, tidak ada keuletan ,
tidak ada kemampuan untuk mengembangkan diri dan meluaskan hidup
Suatu konflik tidak selalu mendatangkan sisi negatif ,
tetapi kadang-kadang mendatangkan sesuatu yang positif. Segi positif dari suatu
konflik adalah sebagai berikut :
a)
Memperjelas
aspek-aspek kehidupan yang belum jelas
b)
Memungkinkan
adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan social
dalam kelompok bersangkutan sesuai kebutuhan individu atau kelompok
c)
Merupakan
jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu atau kelompok
d)
Dapat
membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma yang
baru
e)
Dapat
berfungsi sebagi saran untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam
masyarakat
f)
Hasil
atau akibat-akibat dari suatu konflik social adalah sebagai berikut :
a.
Meningkatkan
solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan
kelompok lain
b.
Keretakan
hubungan antarindividu
c.
Perubahan
kepribadian individu
d.
Kerusakan
harta benda dan bahkan hilangnya nyawa manusia
e.
Akomodasi,
dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian
KEGIATAN BELAJAR 3 : BENTUK-BENTUK KONFLIK
- Berdasarkan Sifatnya
a.
Konflik destruktif , merupakan konflik yang mengakibatkan
benturan fisik yang membawa kerugian jiwa dan harta benda. Konflik ini muncul
karena rasa benci satu kelompok terhadap kelompok lain.
b.
Sebagai contoh , konflik antara etnis Dayak dan
Melayu dengan etnis Madura di SSampit yang dipicu oleh rasa kebencian akibat
kecemburuan social, juga terjadinya kerusuhan pada bulan Mei 1998 yaitu konflik
antara para demonstran dan aparat keamanan yang berujung pada perusakan dan
penjarahan.
c.
Konflik fungsional, merupakan konflik yang menghasilkan
perubahan atau consensus baru yang bermuara pada perbaikan. Konflik jenis ini
berasal dari perbedaan antara dua kelompok tentang suatu masalah yang sama-sama
mereka hadapi.
- Berdasarkan Akar Permasalahannya
a.
Konflik
agama
Salah satu factor utama pemicu konflik di masyarakat adalah masalah
agama arau prinsip keagamaan.
2.
Konflik
ideology
Ideology sebagai sebuah produk pemikiran social dapat digunakan
sebagai alat pendorong sekumpulan manusia untuk mencapai cita-citanya. Namun
sering kali istilah ideology ditafsirkan sebagai sesuatu yang negative karena
mengandung unsure kefanatikan buta.
3.
Konflik
politik
Konflik politik sebagai sesuatu yang menarik untuk dibahas karena
permasalahan ini sebagai hal yang paling komplek di antara jenis-jenis yang
lain.
4.
Konflik
ekonomi
Perubahan-perubahan besar ndalam sejarah peradaban umat manusia,
terutama setelah munculnya jaman renaissance di Eropa, selalu menunjukkan
pengaruh factor ekonomi. Karenannya , berbagai peristiwa besar yang
menggerakkkan manusia dalam jumlah besar tidak pernah lepas dari persoalan
kepentingan ekonomi. Imperialisme dan kolonialisme dari bangsa-bangsa eropa
factor pendorong utamnya adalah alasan ekonomi.
5.
Konflik
SARA
Sebagai gejala konflik , konflik akan selalu muncul pada setiap
masyarakat karena antagonism atau perbedaan yang menjadi cirri dan penunjang
terbentuknya masyarakat. Perbedaan-perbedaan social tidak mungkin dihindari
karena adanya kelompok lapisan atas disebabkan terdapatnya fakta adanya lapisan
bawah.
Faktor-faktor
terjadinya kerusuhan sosial yang disebabkan oleh sara adalah :
1.
Dinamika
social ,ekonomi , budaya dan politik suatu daerah mempunyai potensi bagi
terjadinya ketegangan social atau konflik
2.
Perimbangan
kekuatan-kekuatan social seperti suku , agama , ras dan antargolongan yang
hampir sama merupakan akar utama penyebab terjadinya kerusuhan
3.
Daerah
dengan perimbangan antara penduduk asli dan pendatang yang timpang dilihat dari
penguasaan aset ekonomi maupun politik, akan berpotensi munculnya konflik SARA
4.
Pola
pemukiman penduduk yang heterogen dapat menjadi sumber konflik
5.
Adanya
factor-faktor akselerator terjadinya konflik
6.
Konflik
Sumber Daya Alam
Dalam beberapa tahhun terakhir ini fenomenna konflik sumber daya alam
mencuat ke permukaan secara terbuka. Konflik itu tidak hanya terjadi dalam
kegiatan ekspolitasi sumber daya alam yang tergolong “tidak dapat diperbaharui”
seperti minyak dan mineral , tetapi juga yang tergolong “dapat diperbaharui”.
Konflik sumber daya alam yang selama ini terjadi telah
menimbulkan kerusakan fisik , merugikan materi dan menyisakan tuntutab
yang tidak mudah dipenuhi , seperti permintaan agar kawasan eksploitasi sumber
daya alam dikembalikan kepada masyarakat.
7.
Konflik
lingkungan hidup
Salah satu aset yang lazim ditempatkan sebagai bagian penting daam
proses pembangunan adalah modal alam. Akumulasi aset ini ditambah dengan modal
fisik bangunan , modal manusia , dan modal social sangat menentukan dampak
jangka panjang terhadap peningkatan kesejahtraan masyarakat. Upaya
melindungi fungsi sumber sangat diperlukan karena memiliki kntribusi yang
berharga bagi kehidupan masyarakat. Kerusakan fungsi sumber tentu saja akan
menjadi malapetaka bagi kehidupan. Lingkungan yang tak terkontrol bukan saja
berbahaya bagi kesehatan , tetapi juga akan mengganggu berbagai macam aktivitas
social.
POLA PENYELESAIAN KONFLIK
Konflik dapat
berpengaruh positif atau negative , dan sellalu ada dalam kehidupan. Oleh
karena itu konflik hendaknya tidak serta merta harus di tiadakan. Persoalannya
. bagaimana konflik itu bias di management sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan disentregrasi social.
Cribbin (1985)
, mengelaborasi tegadap tiga hal , yaitu mulai yang cara yang tidak
efektif , yang efektif , dan yang paling efektif. Menurutnya ,
strategi yang di pandang paling tidak efektif , misalnya di tempuh cara :
1.
Dengan
paksaan strategi ini umumnya tidak disukai oleh kebnyakan orang . dengan
paksaan , mungkin konflik bias di selesaikan dengan cepat ,
namun bias menimbulkan reaksi kemarahan atau reaksi negative
lainnya.
2.
Dengan
penundaan. Cara ini bisa berakibat penyelesaian konflik sampai
belarut-larut .
3.
Dengan
bujukan . bisa berakibat pisikologis , orang akan kebal dengan bujukan sehingga
perselihan akan semakin tajam
4.
Dengan
koalisi yaitu suatu bentuk persekutuan untuk mengendalikan konflik . akan
tetapi strategi ini bisa memaksakan orang untuk memihak , yang pada gilirannya
bisa menambah kadar konflik-konflik sebuah “perang”
5.
Dengan
tawar-menawar distribusi. Strategi ini sering tidak menyelesaikan
masalah karena masing-masing pihak saling melepaskan beberapa penting yang
menjadi haknya , dan jika terjadi konflik mereka merasa menjadi korban konflik.
Strategi yang
dipandang lebih efektif , dalam pengelolaan konflik meliputi :
1.
Koesitensi
damai yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan saling
merugikan denga n menetapkan peraturan yang mengacu pada perdamaian serta di
tetapkan secara tetap dan konsekuen.
2.
Dengan
mediasi (perantaraa) . jika penyelesaian konflik menemukan jalan buntu ,
masing-masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk mnejadi perantara yang
berperan secara jujur dan adil serta tidak memihak.
Sedangkan
strategi yang dipandang efektif antara lain :
1.
Tujuan
sekutu besar , yaitu dengan melibatkan pihak-pihak yang terlibat konflik kearah
tujuan yang lebih besar dan konflek. Misalnya dengan cara membangun sebuah
kesadaran nasional yang lebih mantap ,
2. Tawar menawar
integrative , yaitu dengan mengiring pihak-pihak yang berkonflik , untuk lebih
berkonsentrasi pada kepentingan yang luas dan tidak hanya
berkisar pada kepentingan sempit , misalnya
kepentingan individu , kelompok , golongan atau suku
bangsa tertentu.
Pengendalian
konflik dengan cara konsiliasi , terwujud melalui lembaga-lembaga
tertentu yang
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di
antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud
diharapkan berfungsi secara efektif , yang sedikitnya
memenuhi empat hal yaitu :
1. Harus mampu
mengambil keputusan secara otonom , tanpa campur tangan dari badan-badan lain
2. Lembaga
harus bersifat monopolistis , dalam
arti hanya lembaga
itulah yang berfungsidemikian.
3. Lembaga harus
mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik,
4. Lembaga tersebut
harus bersifat demokratis
Pola
penyelesaian konflik juga bisa dilakukan dengan menggunakan
strategi seperti berikut :
1. gunakan
persaingan dalam penyelesaian konflik, bila tindakan cepat dan tegas itu pital,
mengenai isu penting dimana tindakan tidak popular perlu dilaksanakan.
2. Gunakan
kolaborasi untuk menemukan pemecahan masalah integrative bila kedua perangkat
kepentingan terlalu penting untuk dikompromikan.
3. Gunakan
penghindaran bila ada isyu sepele, atau ada isu lebih penting yang mendesak.
Bila kita tidak adanya peluang bagi terpuaskannya kepentingan anda.
4. Gunakan
akomodasi bila diketahui kita keliru dan untuk memungkinkan pendirian yang
lebih baik didengar untuk belajar, dan untuk menunjukan kewajaran.
5. Gunakan
kompromis bila tujuan penting, tetepi tidak layak mendapatkan upaya
pendekatan-pendekatan yang lebih jelas disertai kemungkinan gangguan.
Macam-macam
pola pengelolaan konflik
Menurut penelitian
Vliert dan Euwema , peneliatian-penelitian mengenai cara-cara
penyelesaian konflik menggunakan klasifikasi yang berbeda.
Berpijak dari
perbedaan budaya , nilai maupun adat kebiasaan , Ury , Brett , dan Goldberg
mengajukan tiga model pengelolaan konflik , sebagai berikut :
1. Differing to
status power
Individu
dengan status yang lebih tinggi memiliki kekuasaan
untuk mmebuat dan memaksakan solusi yang di tawarkan . Status social
memegang peranan dalam menentukan aktivitas yang di lakukan .
2. Applying
Regulations
Model I
ni di tekankan oleh asumsi bahwa interaksi social di atur oleh hokum
universal. Peraturan diterapkan secara merata pada seluruh anggota.
Peraturan di bakukan untuk menggambarkan hukuman dan penghargaan yang di
berikan berdasarkan perilaku yang di lakukan , bukan berdasarkan
orang ya ng terlibat.
3. Integrating
Interest
Model ini
menekankan pada perhatian pihak yang terlibat , untuk
membuat hasilnya lebih bermanfaat bagi mereka
daripada tidak mendapatkan kesepakatan satupun .
Pola
penyelesaian konflik bila di pandang dari sudut menang-kalah pada masing-masing
pihak , maka ada empat bentuk pengelolaan konflik , yaitu :
1. Bentuk
kalah-kalah(menghindari konflik )
Bentuk pertama
ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan
mengabaikan masalh yang timbul. Atau bias berarti bahwa kedua blah pihak tidak
sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk
mengatasi konflik tersebut.
2. Bentuk
menang-kalah
(persaingan)
Bentuk kedua
ini memastikan bahwa satu pihak memenangkan konflik dan pihak lain
kalah. Biasanya kekuasaan atau pengaruh digunakan untuk memastikan bahwa dalam
konflik tersebut individu tersebut yang keluar sebagai pemenangnya.
3. Bentuk
kalah-menang (mengakomodasi)
Agak berbeda
dengan bentuk kedua, bentuk ketiga ini yaitu individu kalah-pihak lain menang
ini berarti individu berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi
kepentingan pihak lain. Gaya ini digunakan untuk menghindari kesulitan atau
masalah yang lebih besar.
4. Bentuk
menang-menang (kolaborasi)
Bentuk keempat
ini disebut dengan gaya pengelolaan konflik kolaborasi. Tujuannya adalah
mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui consensus atau
kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai.
Berbeda dengan
pendapat di atas Hendricks (2001) mengemukakan lima gaya pengelolaan konflik
yang diorientasikan dalam organisasi maupun perusahaan. Lima gaya yang dimaksud
adalah:
1. Integrating
(menyatukan,menggabungkan)
Individu yang
memilih gaya ini melakukan tukar menukar informasi. Disini ada keinginan untuk
mengamati perbedaan dan mencari solusi yank dapat diterima semua kelompok. Cara
ini mendorong berfikr kreatif serta mengembangkan alternative memecahkan
masalah.
2. Obliging (saling
membantu)
Disebut juga
karena kerelaan membantu . cara ini menempatkan nilai yang tinggi untuk orang
lain smentara dirinya dinilai rendah. Kekuasaan diberikan pada orang lain.
3. Dominating
(menguasai)
Tekanan gaya
ini adalah pada diri sendiri. Kewajiban bias saja diabaikan demi kepentingan
pribadi. Gaya ini meremehkan kepentingan orang lain. Biasanya berorientasi pada
kekuasaaan dan penyelesaiannya cenderung dengan menggunakan kekuasaan .
4. Avoiding (menghindar)
Individu yang
menggunakan gaya ini tidak mennempatkan nilai pada diri sendiri atau orang
lain. Ini adalah gaya menghindar dari persoalan, termasuk didalamnya menghindar
dari tanggung jawab.
5. C ‘o’ mpromising
(kompromi)
Perhatian
dalam diri sendiri atau orang lain berada dalam tingkat sedang.
Lebih lanjut
Johnson & Johnson (1991) mengajukan beberapa gaya atau strategi
dasar pengelolaan konflik yaitu :
1. Withdrawing
(menarik diri). Individu yang menggunakan stratgi ini percaya bahwa lebih mudah
menarik diri dari konflik dari pada menghadapinya. Mereka cenderung
menarik diri untuk menghindari konflik.
2. Forcing
(memaksa). Individu berusaha memaksa lawannya menerima solusi konflik yang
ditawarkannya. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting. Mereka menggunakan
segala cara untuk mencapai tujuannya. Mereka tidak peduli akan kebutuhan dan
minat orang lain, serta apakah orang lain itu menerima solusi mereka
atau tidak .
3. Smoothing
(melunak). Individu yang menggunakan strategi ini berpendapat bahwa pempertahankan
hubungan dengan orang lain jauh lebih penting dibandingkan dengan pencapaian
tujuan pribadi. Mereka ingin diterima dan dicintai. Mereka merasa bahwa konflik
harus dihindari demi keharmonisan dan bahwa orang tidak
akan dapat membicarakan konflik tanpa mengakibatkan rusaknya
hubungan.
4. Compromising (kompromi). Strategi
ini digunakan individu yang menaruh perhatian baik terhapat pribadinya sendiri
maupun hubungan dengan orang lain. Mereka berusaha berkompromi, mengorbankan
tujuannya sendiri dan mempengaruhi pihak lain untuk mengorbankan sebagian
tujuannya juga.
5. Confronting (konfrontasi).
Individu dengan tipe ini menaruh perhatian sangat tinggi terhadap tujuan
pribadi maupun kelangsungan hubungan dengan orang lain. Mereka memandang
konflik sebagai masalah yang harus dipecahkan dan solusi terhadap konflik
haruslah mencapai tujuan pribadinya sendiri maupun tujuan orang
lain.
2. Factor-faktor
yang mempengaruhi pola penyelesaian konflik
Johnson &
Johnson (1991) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan bilamana
seseorang terlibat dalam suatu konflik dan akibatnya menentukan bagaimana
seseorang menyelesaikan konflik, sebagai berikut :
1. Tercapainya
persetujuan yang dapat memuaskan kebutuhan serta tujuannya. Tiap orang memiliki
tujuan pribadi yani ingin dicapai. Konflik bias terjadi karena tujuan dan
kepentingan individu menghalangi tujuan dan kepentingan individu lain.
2. Seberapa
penting hubungan atau interaksi itu untuk dipertahankan. Dalam situasi social,
yang didalamnya terdapat keterikatan interaksi, individu harus hidup bersama
dengan orang lain dalam periode tertentu. Oleh karena itu diperlukan interaksi
yang efektif selama beberapa waktu.
Factor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap pengelolaan konflik, seperti berikut ini :
1. Kepribadian
individu yang terlibat konflik
Stenberg dan
Soriono berpendapat bahwa gaya pengelolaan konflik seorang individu dapat
diprediksi dari karakteristik intelektual dan kepribadiannya. Mereka menemukan
bahwa subjek dengan skor itelektual yang rendah cenderung menggunakan aksi
fisik dalam mengatasi konflik. Dari karakteristik kepribadian dapat diprediksi
bahwa sujek dengan skor tinggi pda need for deference ( kebutuhan
untuk mengikuti dan mendukung seseorang), need for
abasement (kebutuhan untuk menyerah atau tunduk) dan need for order
(kebutuha untuk membuat teratur) cenderung untuk memilih gaya-gaya
pengelolaan konflik yang membuat konflik melunak. Sebaliknya subjek dengan skor
tinggi pada need for autotomi (kebutuhan un tuk bebas dan lepas dari tekanan
) dan need for change (kebutuhan untuk membuat perubahan) memiliki
kecenderungan untuk memilih paling tidak satu gaya pengelolaan konflik yang
membuat konflik semakin intensif.
2. Situasional
Aspek situasi
yang penting antara lain adalah perbedaan struktur kekuasaan, riwayat hubungan,
lingkungan social, dan pihak ketiga. Apabila satu pihak memiliki kekuasaan
lebih besar terhadap situasi konflik, maka besar kemungkinana akan diselesaikan
dengan cara dominasi oleh pihak yang lebih kuat posisinya. Riwayat hubungan
menunjuk pada pengalaman sebelumnya dengan pihak lain, skap dan kenyakinan terhadap
pihak lain tersebut. Termasuk dalam aspek lingkingan social adalah norma-norma
social dalam menghadapi konflik dan iklim social yang mendukung melunaknya
konflik atau justru mempertajam konflik.
3. Interaksi
Digunakannya
pendekatan disposisional saja dalam mencari pemahaman akan perilaku social
dianggap mempunyai manfaat yang terbatas. Pendekatan yang lebih
dominan dalam menerangkan perilaku social adalah interaksi dan saling
mempengaruhinya determinan situasional dan disposisional.
4. Isu
konflik
Tipe isu
tertentu kurang mendukung rsolusi konflik yang konstruksif dibandingkan dengan
isu yang lain. Tipe isu seperti ini meng
Rahkan
partisipan konflik untuk memandang konflik sebagai permainan kalah-menang. Isu
yang berhubungan dengan kekuasaan,status, kemenangan , dan kekalahan ,
pemilikan akan sesuatu tidak tersedia substitusinya, adalah termasuk tipe-tipe
isu yang cenderung diselesaikan dengan hasil mennag kalah.
DAMPAK KONFLIK
SOSIAL
DAMPAK POSITIF
1. Merperjelas
batas-batas diri
Setiap orang
dalam kehidupan bermasyarakat , memiliki tanggung jawab atas hak dan kewajiban
yang mereka miliki. Hak adalah sesuatu yang menjadi milik seseorang. Misalnya
hak-hak mereka memperoleh pekerjaan yang layak bagi ke manusia, hak untuk hidup
, hak untuk berserikat dan berkumpul dan juga hak untuk mencintai dan dicintai.
Sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai warga
masyarakat.
Sopan berlalu
lintas adalah wujud kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain berlalu
lintas. Dapat dikatakan secara sederhana jangan orang lain mengerem karena
tindakan kita. Jika dalam berlalu lintas orang lain mengerem karena kendaraan
kita berarti kita telah melanggar kebebasan orang lain dan itu berarti kita
mengambil hak orang lain untuk kebebasan kita , tindakan demikian tidaklah
benar.
2. Menguatnya
solidaritas kelompok
Salah satu
upaya menguatkan solidaritas dalam kelompok adalah membuat musuh bersama bagi
kelompoknya. Misalnya dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia,
pemimpin bangsa ini menjadikan penjajah Belanda sebagai musuh bangsa Indonesia.
3. Hikmah
di balik konflik
Kata yang
sering kita dengar “ambillah hikmah dibalik peristiwa yang terjadi” . adalah
ungkapan yang sangat tepat untuk menjelaskan adanya hikmah dibalik konflik yang
terjadi. Misalnya konflik Suku dayak dan Madura di Sampit akan memberikan
hikmah bagi kedua belah pihak untuk lebih berjati-hati dalam hubungan social
dalam kehidupan bermasyarakat.
EKSES KONFLIK
( DAMPAK NEGATIF)
Ekses konflik
akibat negative yang terjadi dengan adanya konflik. Ekses ini dapat di
kategorikan menjadi beberapa hal berikut ini :
1. Perpecahan
Akibat
negative dari konflik adalah terjadinya perpecahan dalam banyak hal dan
peristiwa.
2. Permusuhan
Konflik yang
tidak terselesaikan dengan baik dapat berakses bagi terjadinya permusuhan.
Dendam selama ini ada akan tetap tersimpaan dan tdendam tersebut sebagai biang
keladi bagi terjadinya permusuhan. Ungkapan hutang darah dibayar
darah , hutang nyawa dibayar nyawa , adalah ungkapan permusuhan yang
ditimbulkan oleh konflik yang tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik dapat
terjadi antar individu dengan individu ; individu dengan kelompok maupun
kelompok dengan kelompok, demikian juga halnya permusuhan tersebut dapat
terjadi antar individu yang lain , misalnya berebut gadis antara kedua remaja
laki-laki, dapat berakhir dengan perkelahian dan bahkan sampai terjadi
pembunuhan diantara mereka yang berebut seorang gadis.
3. Balas dendam
Dendam
merupakan gejala yang banyak kita dpaatkan dari konflik yang terjadi , mereka
berharap suatu saat dapat membalas kekalahan yang dia alami. Balas
dendam biasanya menungggu kesempatan dimana lawan konflik dalam keadaan lengah
atau tidak berdaya . Di beberapa
masyarakat balas dendam sering merupakan kewajiban bagi
keturunan dan bahkan di anggap sebagai keharusan dalam
menghormati orang tua atau leluhurnya , manakalakeluarga
atau kelompoknya pernah dipermaluka. Siriik misalnya di suatu
masyarakat adalah suatu kewajiban balas dendam yang harus dilakukan
sebagai kewajiban manakala keluarga ada anggota yang di bunuh atau
dipermalukan di depan umum.
4. Kekerasan
Kekerasan
merupakan tindakan fisik dan non fisik yang ditujukan kepada orang
lain yang lebih lemah keberadaannya. Mereka yang lebih
kuat lebih berkuasa melakukan tindakan
kekerasan pada pihak lain yang lebih lemah atau berada
di bawah kekuasaannya. Kekerasan dapat terjadi di lingkungan mana saja seperti
kekerasan rumah tangga atau keluarga, kekerasan dalam tempat kerja maupun di
lembaga pendidikan smei militer dan militer.
5. Perubahan
kepribadian
Perubahan
dimungkinkan terjadi akibat konflik yang ada , hal ini
terkait dengan keseimbangan psikologis dan
sisiologis dari
yang bersangkutan. Secara
psikologis apakah terdapat kekecewaan, tekanan
bathin dan stress maupun perasaan bersalah yang
berkepanjangan. Secara sisiologis apakah hubungan social
diantara mereka terganggu atau tidak.
Misalnya
perceraian orang tua akan berdampak buruk kepada anak-anaknya, figure
orang tua sanagt penting kepada anak-anak.
6. Jatuhnya korban
Korban
berjatuhan dapat dimungkinkan sebagai akibat dari konflik yang ada. Anak-anak menjadi
kkorban perceraian ayah dan ibu . konflik antar suku banyak yang meninggal dun
ia karena terkena senjata tajam pada waktu konflik terbuka terjadi.
Jatuhnya
korban tidak selamanya berupa nyawa, akan tetapi juga
bisa berupa barang, kekayaan harta benda dan berbagai sarana
prasarana yang ada yang menjadi sasaran tindak pengrusakan yang
terjadi pada waktu konflik tersebut terbuka.
7. Dominasi
yang kuat atas yang lemah
Hasil dari
konflik yang ada adalah kemenangan atau kekalaha n bagi salah satu pihak
yang berkonflik. Kenyataan demikian membuat mereka
yang menang akan menguasai kelompok yang kalah dan kelompok yang
kalah akan berada di bawah kekuasaan yang menang.
KEGIATAN BELAJAR 2 : MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas Sosial
MOBILITAS SOSIAL adalah perubahan , pergeseran ,
peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Menurut Horton ,
mobilitas social adalah suatu gerak perpin dahan dari satu kelas social ke
kelas social yang lainnya atau gerak pindah dari strata yang
lainnya. Semenatra menurut Kimball Young dan Raymond W.Mack , mobilitas social
adalah suatu gerak dalam struktur social yaitu pola-pola tertentu
yang mnegatur organisasi suatu kelompok social. Struktur
social mencakup sifat hubungan antara
individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
1. Cara
untuk melakukan mobilitas social
Secara umum ,
cara orang untuk melakukan mobilitas social ke atas adalah sangat beragam,
diantaranya adalah sebagi berikut :
a. Perubahan
standar hidup
Kenaikan
penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis, melainkan akan
merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini
akan mempengaruhi peningkatan status.
b. Perkawinan
Perkawinan
pada umumnya bertujuan untuk memnuj=hi kebutuhan seksual dan
melanjutkan keturunan. Namun secara sosiologis
pada umunya perkawinan juga bertujuan untuk meningkatkan status
social yang lebih tinggi dari mannusia yang bersangkutan, namun
demikian tidak smeua individu memiliki pandangan tersebut.
c. Perubahan
tempat tinggal
Untuk
meningkatkan status social, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari
tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara
merekonstruksi tempat tinggal nya yang lama menjadi lebih megah , indah dan mewah.
d. Perubahan
tingkah laku
Untuk
mendapatkan status social yang tinggi , orang
berusaha menaikkan status sosialnya dan
mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kleas yang lebih
tinggi yang diaspirasikan sebagai kelas. Bukan hanya tingkah laku , tetpai juga
pakaian, ucapan , minat , dan sebagainya.
e. Perubahan
nama
Dalam suatu
masyrakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi social tertentu. Gerak ke
atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi
social yang lebih tinggi.
2. Factor
penghambat mobilitas social
Ada beberapa
factor penting yang justru menghambat mobilitas social .
Factor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
a. Perbedaan kelas rasial
Seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras
berkulit uputih berkuasa dan tidak member kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di
pemerintahan sebagai penguasa. System ini disebut
Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang
kulit hitam terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
b. Agama
Seperti yang terjadi di india yang mneggunakan system kasta, menjadikan
agama sebagai penghambat terjadinya mobilitas social. Hal
ini dikarenakan tidak diperkenankannya terjadi interaksi antara manusia yang
berbeda kasta.
c. Diskriminasi kelas
Diskriminasi dalam system kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke
atas, hal ini terbukti dengan adanay pembatasan suatu organisasi tertentu
dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu
mendapatkannya.
d. Kemiskinan
Kemiskinan bilamana keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pkok warga
Negara dalam jumlah sukuo dan memadai , dapat membatasi kesempatan bagi
seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu social tertentu.
e. Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin dalam masyrakat juga berpengaruh terhadap
prestasi , kekuasaan , status social, dan kesempatan-kesempatan untuk
meningkatkan status sosialnya.
3. Beberapa
bentuk mobilitas social
a. Mobilitas
social horizontal
Mobilitas
horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek social lainnya dari
suatu kelompok social ke kelompok social lainnya
yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
b. Mobilitas
social vertical
Mobilitas social vertical adalah perpindahan individu atau obyek-obyek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan social lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas social vertical dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertical ke atas dan mobilitas social vertical ke bawah
Mobilitas social vertical adalah perpindahan individu atau obyek-obyek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan social lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas social vertical dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertical ke atas dan mobilitas social vertical ke bawah
A, Mobilitas
vertical ke atas ( Sosial Climbing)
Mobilitas
vertical ke atas mempunyai dua bentuk yang utama, yaitu (1) Masuk ke
dalam kedudukan yang lebih tinggi , yaitu
masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah kedalam
kedudukan yang lebih tinggi, dimana kedudukan tersebut telah ada
sebelumnya. (2) Membentuk kelompok baru yaitu pembentukan
suatu kelompok baru yang memungkinkan individu untuk meningkatkan status
sosialnya , misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua
organisasi.
B, Mobilitas
vertical ke bawah ( Sosial Sinking)
Mobilitas
vertical ke bawah mempunyai dua bentuk utama yaitu turunnya kedudukan dan
turunnya derajat kelompok. Turunnya kedudukan bilamana kedudukan individu turun
ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Turunnya derajat kelompok. Derajat
sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan.
c. Mobilitas
antargenerasi
Mobilitas antar generasi umunya berarti mobilitas dua
generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu,generasi anak,generasi cucu dan
seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf
hidup,baik naik maupun turun dalam suatu generasi. Penekannya bukan pada
perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status social
suatu generasi ke generasi lainnya.
d. Mobilitas
intra generasi
Mobilitas
intra generasi adalah mobilitas yang terjadi didalam satu kelompok
generasi yang sama. Contoh : pak Amin adalah seotang buruh. Ia memiliki anak
yang bernama Endra yang menjadi tukang becak . KEmudian istrinya melahirkan
anak yang kedua yang diberi nama Riki yang awalnya menjadi tukang becak juga.
Tetapi Riki lebih beruntung sehingga bisa mengubah statusnya menjadi seorang
pengusaha becak , sementara Endra tetap menjadi tukang becak . perbedaan status
social antara ENdra dengan adiknya disebut mobilitas intragenerasi.
e. Gerak
social geografis
Gerak social
ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang
lain seperti transmigrasi , urbanisasi,dan migrasi.
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi mobilitas social
Mobilitas
social dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a. Perubahan
kondisi social
Struktur kasta
dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam
dan dari luar masyarakat . Misalnya kemajuan teknolohi membuka kemungkinan
timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideology dapat menimbulkan stratifikasi
baru
b Ekspansi territorial dan gerak populasi
Ekspansi
territorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirri fleksibilitas
struktur stratifikasi dan mobilitas social , misalnya perkembangan kota ,
transmigrasi , bertambahnya dan berkurangnya penduduk.
c. Komunikasi
yang bebas
Situasi-situasi yang menbatasi komunikasi antar strata yang beraneka
ragam memperkokoh garis pembatas diantara strata yang ada dalam pertukaran
pengertahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan menghalangi mobilitas
social. Sebaliknya , pendidikan dan komunikasi yang bebas serta efektif akan
memudarkan semua batas garis dari strata social yang ada dan merangsang
mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
d. Pembagian
kerja
Besarnya kemungkinan
bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada.
Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispesialisasikan , maka
mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke
strata yang lain kare spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus.
Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dpaat
menempati staus social.
5. Saluran-saluran
mobilitas social
a. Angkatan
bersenjata
Angkatan
bersenjata apapun namanya di suatu Negara merupakan salah satu saluran
mobilitas social. Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan
untuk saluran mobilitas vertical ke atas mellaui tahapan yang disebut kenaikan
pangkat.
b. Lembaga-lembaga
keagamaan
Lembaga-lembaga
keagamaan dapat mengangkat staus social seseorang, misalnya yang berjasa dalam
perkembangan Agama seperti Kyai, Santri , Uztad , Biksu , Pendeta dan lain
sebagainya
c. Lembaga
pendidikan
Lembaga-lembaga
pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkrit dari mobilitas vertical
ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan
yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan
pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
d. Organisasi
politik
Seperti
angkatan bersenjata organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan
berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi , sehingga status
sosialnya meningkat.
e. Organisasi
ekonomi
Organisasi
ekonomi dapat meningkatkan tingkat pendapatan sseorang. Semakin besar
prestasinya , maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya
pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya
bertambah pula. Dan karena kekayaannya bertambah , status sosialnya di
masyarakat meningkat.
f. Organisasi
keahlian
Orang yang
rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan kepada kelompok pasti statusnya
akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa. Keterlibatan seseorang
dalam suatu kelompok organisasi profesi atau keahlian mendorong yang
bersangkutan mengalami perubahan social.
g. Perkawinan
Sebuah
perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seseorang yang menikah dengan
orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh
pasangannya. Demikian halnya bila sebaliknya. Oleh karena itu , banyak
ditemukan dlama masyarakat perkawinan yang tidak didasarkan rasa cinta kedua
belah pihak tetapi didasakan upaya peningktan status social masing-masing
pihak.
6. Dampak
mobilitas social
Gejala naik
turunnya status social tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu
terhadap struktur social masyrakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian
mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini data berbentuk konflik. Ada berbagai
macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya
mobilitas :
a. Konflik
antar kelas
Dalam masyarakat , terdapat lapisan-lapisan social karena
ukuran-ukuran seperti kekayaan,kekuasaan dan pendidikan. Kelompok dalam
lapisan-lapisan tadi disebut kelas social, apabila terjadi perbedaan
kepentingan antar kelas-kelas social yang ada di masyarakat dalam mobilitas
social maka akan muncul konflik antarkelas. Contohnya demostrasi buruh yang
menuntut kenaikan upah, menggambarkan konflik antar kelas buruh dengan
pengusaha
b. Konflik
antarkelompok social
Di dlaam masyarakat terdapat pula kelompok social yang beraneka ragam.
Diantaranya kelompok social berdasarkan ideology, profesi , agama , suku , dan
ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain , maka
akan timbul konflik. Contohnya tawuran pelajar, perang antar kampong , perang
antar suku , perang antar geng dan lainnya.
c. Konflik
antar generasi
Konflik antargenerasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan
nilai-nilai lama dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan. Contoh :
Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
d. Penyesuaian
kembali
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan.
Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak
merugikan kelompoknya, maka akn timbul penyelesaian kembali yang didasari oleh
adanya rasa toleransi kembali yang didasari oleh adanya rasa
toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut
akomodasi.
e. Orang-orang akan berusaha untuk
berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah
strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras
agar dapat naik ke strata atas. Contohnya seorang anak miskin berusaha belajar
dengan giat, agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
f. Mobilitas
social akan lebih mempercepat tingkat perubahan social masyarakat kearah yang
lebih baik.Moilitas social yang terjadi pada masyarakat bisa mengakibatkan
munculnya perubahan menuju yang lebih baik pada masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar